Webinar Paradigma Literasi Baca Tulis di Era Digital, Webinar oleh Kemendikbud & Kominfo.

Webinar Paradigma Literasi Baca Tulis di Era Digital, Webinar oleh Kemendikbud & Kominfo.

Digitalisasi memang membawa kemudahan dan kepraktisan hidup manusia. Tidak bisa dipungkiri setiap hari pasti manusia terhubung dengan internet, mulai dari mengirim pesan singkat ke orangtua atau teman untuk memberi kabar, belajar online, memesan transportasi online, membaca breaking news di portal berita, mendengarkan musik, bermain gim, memesan makanan, belanja online di marketplace, melakukan pembayaran tagihan listrik, atau sekedar scrolling timeline media sosial kita.

Internet telah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan manusia di abad ke-21 karena telah menyentuh hampir seluruh bidang kehidupan manusia dan menyebabkan terjadinya digitalisasi. Melansir dari Forbes, digitalisasi merupakan suatu upaya restrukturisasi berbagai domain kehidupan sosial ke dalam infrastuktur digital. Digitalisasi menjadikan internet dan smart device sebagai kebutuhan sehari-hari manusia untuk melakukan banyak hal. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei We Are Social (2021) yang menunjukkan bahwa, pengguna internet di Indonesia per- Januari 2021 mencapai 202,6 juta jiwa, yang mana jumlah tersebut meningkat 15,5 persen atau sebanyak 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020. Dengan total 274,9 juta penduduk Indonesia, data tersebut menunjukkan bahwa penetrasi internet pada masyarakat di awal tahun 2021 telah mencapai 73,7 persen.

Memang dengan adanya digitalisasi semua lini kehidupan manusia menjadi sangat mudah dan mendukung produktivitas serta aktivitas manusia. Di satu sisi perkembangan digital memberikan dampak positif, namun di sisi lain juga memberikan pengaruh terhadap minat literasi baca tulis terutama untuk generasi muda.

Anak-anak lebih memilih untuk mengecek dan membuka gawainya sekedar menonton video atau bermain games dibanding membuka dan membaca buku, novel atau membaca koran. Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengungkapkan hasil Kajian Indeks Kegemaran Membaca yang dilakukan Perpusnas pada 2020 memberikan hasil bahwa minat baca Indonesia termasuk dalam poin 55,74 atau kategori sedang. Survei ini dilakukan Perpusnas melibatkan 10.200 responden di 34 provinsi yang bertujuan mengukur frekuensi membaca, durasi membaca, dan jumlah buku yang dibaca.

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia sudah menjadi rahasia umum yang sudah kita ketahui bersama. UNESCO pada tahun 2017 menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia dan minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, yaitu berada di angka 0,001% yang artinya dari 1000 orang di Indonesia hanya ada 1 (satu) orang saja yang berminat untuk membaca. Memperkuat hasil survey UNESCO, dari Organization for Economic Cooperation and Development (OCED) juga menyebutkan bahwa kemampuan membaca, berhitung, dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia masih jauh di bawah negara- negara ASEAN lainnya. Dari dua survey tersebut, sudah dapat disimpulkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah dan tertinggal dari negara lainnya.

Berikut, Webinar mengenai Paradigma Literasi Baca Tulis di Era Digital, Webinar oleh Kemendikbud & Kominfo.

Tujuan webinar ini adalah:
• Mengetahui bagaimana kondisi terkini literasi baca tulis khususnya siswa di era digital
• Mendorong minat literasi baca tulis bagi masyarakat khususnya siswa di era digital

Narasumber :

Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S. (Guru Besar Antropolinguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun)
Dr. Achmad Fahrodji (Direktur Utama PT Balai Pustaka (Persero))
Rangga Adi Negara (Kominfo)
Opik (Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat)

Dipandu oleh Moderator : Enfira Yanuaristi, M.Psi. (Kemendikbud)

Managed & Maintenanced by ArtonLabs